Kanker merupakan penyakit ganas yang menempati peringkat kedua penyebab kematian di dunia. IARC memperkirakan angka kasus baru kanker di Indonesia mencapai 408.661 dan terus meningkat setiap tahunnya. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki, termasuk sistem reproduksi perempuan.
Beberapa jenis kanker yang menyerang sistem reproduksi perempuan antara lain kanker serviks, kanker endometrium, kanker tuba falopi, dan kanker ovarium. Meskipun menyerang organ yang sama, kanker serviks dan kanker ovarium memiliki perbedaan signifikan yang perlu dipahami.
1. Letak Pertumbuhan Kanker
Kanker serviks adalah keganasan sel yang berkembang di serviks atau leher rahim, terletak di antara rahim dan vagina. Serviks berfungsi melindungi rahim dari benda asing dan memproduksi lendir untuk proses reproduksi.
Sementara itu, kanker ovarium berkembang di jaringan epitel ovarium atau indung telur, yang terletak di sisi kanan dan kiri rahim. Ovarium berperan dalam perkembangan sel telur, pelepasan sel telur, dan produksi hormon seks perempuan.
2. Penyebab Kanker
Kanker pada umumnya disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali dan menyerang jaringan sehat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa 90% kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papilloma Virus), sebuah penyakit menular seksual.
Penyebab kanker ovarium belum sepenuhnya dipahami. Namun, beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, termasuk perubahan genetik yang diwariskan seperti gen BRCA1 dan BRCA2.
Faktor risiko lain yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker ovarium antara lain: usia lanjut, riwayat kanker payudara, riwayat keluarga dengan kanker ovarium, kanker payudara, atau kanker kolorektal, endometriosis, obesitas, merokok, terapi penggantian hormon setelah menopause, tidak memiliki anak atau memiliki anak di usia lanjut, tidak menyusui, dan menjalani fertilisasi in vitro.
3. Gejala yang Muncul
Gejala kanker serviks dan ovarium seringkali muncul setelah kanker menyebar. Salah satu tanda khas kanker serviks yang sudah menyebar adalah perdarahan vagina, misalnya setelah berhubungan intim, perdarahan yang lebih banyak saat menstruasi, perdarahan di luar siklus menstruasi, atau perdarahan setelah menopause. Gejala lainnya meliputi keputihan abnormal, nyeri panggul, nyeri saat berhubungan seksual, dan gangguan buang air kecil.
Gejala kanker ovarium seringkali disebabkan oleh peningkatan massa tumor dan asites (penumpukan cairan di rongga perut). Gejala-gejala ini termasuk kelelahan, perut kembung, pembengkakan atau nyeri perut, cepat kenyang, sering buang air kecil, perubahan kebiasaan buang air besar, berat badan naik atau turun tanpa sebab, dan sesak napas.
Saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan kanker serviks maupun ovarium. Namun, deteksi dini sangat penting. Kanker serviks dapat dideteksi dini melalui pemeriksaan Pap smear. Untuk kanker ovarium, belum ada metode skrining yang efektif, tetapi jika muncul gejala, pemeriksaan ginekologi, USG transvaginal, atau pemeriksaan penanda tumor dapat dilakukan.
Informasi tambahan: Penting untuk diingat bahwa informasi ini bersifat edukatif dan bukan pengganti saran medis profesional. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Referensi:
“Ovarian vs Cervical Cancer”. Healthline. Diakses April 2025.
“Cervical Cancer vs Ovarian Cancer”. Medical News Today. Diakses April 2025.
“Gynecologic Malignancies”. Cleveland Clinic. Diakses April 2025.
“Mengenal Faktor Risiko Kanker Serviks”. Kementerian Kesehatan RI. Diakses April 2025.
“Mengenal Kanker Ovarium, The Silent Killer”. Kementerian Kesehatan RI. Diakses April 2025.