Berita  

Skandal Pungutan PPDS Unsri: Junior Terbebani Rp30 Juta Bulanan

Mediakabar.com | Portal Berita Terfaktual

Dugaan praktik perundungan dan ketidakadilan kembali mengguncang dunia pendidikan kedokteran di Indonesia. Kali ini, sorotan tertuju pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Sriwijaya (Unsri), Sumatera Selatan. Sebuah akun Instagram anonim, @ppdsgramm, mengungkapkan adanya perlakuan tidak adil yang dialami oleh peserta didik junior.

Pengakuan anonim tersebut mengungkap beban finansial dan tugas yang berat dipikul oleh peserta PPDS junior tanpa kompensasi yang memadai. Mereka dibebani biaya pengeluaran prodi, termasuk pesanan makanan untuk senior, pembayaran honorer, dan kegiatan-kegiatan lain yang seharusnya menjadi tanggung jawab pihak lain.

Beban finansial yang ditanggung oleh setiap junior ditaksir mencapai lebih dari 30 juta rupiah per bulan. Jumlah ini sangat signifikan dan menunjukkan adanya ketidakadilan yang sistematis dalam pembagian beban dan tanggung jawab.

Praktik Perundungan dan Ketidakadilan di PPDS Unsri

Akun @ppdsgramm menjelaskan bahwa peserta didik junior diwajibkan memenuhi berbagai kebutuhan senior tanpa ada transparansi dan pertanggungjawaban yang jelas. Mereka seolah-olah menjadi “babysitter” dan “bendahara” bagi seniornya tanpa imbalan yang setimpal.

Praktik ini jelas melanggar etika dan norma kesetaraan dalam lingkungan pendidikan. Seharusnya, sistem pendidikan, khususnya di bidang kedokteran yang menuntut profesionalisme tinggi, menciptakan suasana belajar yang adil, kondusif, dan mendukung perkembangan setiap peserta didik tanpa diskriminasi.

Kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia. Kasus serupa pernah dilaporkan di beberapa institusi pendidikan kedokteran lain, yang menunjukkan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan dan mekanisme pelaporan yang lebih efektif dan aman.

Dampak Negatif Praktik Perundungan

Praktik perundungan dan ketidakadilan seperti ini berdampak buruk bagi peserta didik junior, baik secara finansial, psikologis, maupun akademik. Beban finansial yang besar dapat menyebabkan kesulitan ekonomi dan tekanan mental yang signifikan. Tekanan ini dapat menghambat konsentrasi belajar dan berpotensi mengganggu kesehatan mental mereka.

Selain itu, praktik tersebut juga dapat merusak citra dan reputasi dunia kedokteran Indonesia. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal ini akan menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak sehat dan dapat menghalangi pengembangan bakat dan potensi generasi dokter muda yang berkualitas.

Ketidakadilan ini juga dapat berdampak pada kualitas pelayanan medis di masa depan. Dokter yang tumbuh dalam lingkungan penuh tekanan dan ketidakadilan mungkin tidak akan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi pasien karena terbebani masalah internal.

Tanggapan Pihak Universitas dan Solusi yang Diharapkan

Hingga saat ini, pihak Universitas Sriwijaya (Unsri) belum memberikan pernyataan resmi terkait tudingan tersebut. Keheningan ini justru semakin mempertegas perlunya investigasi yang transparan dan tuntas terhadap kasus ini.

Pihak kampus harus segera melakukan investigasi independen untuk mengungkap kebenaran dan mengambil tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang terbukti terlibat. Tidak hanya itu, Unsri perlu merevisi sistem dan kebijakan internal untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.

Diharapkan, Unsri juga membangun mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia bagi peserta didik, sehingga mereka merasa aman untuk melaporkan setiap bentuk perundungan atau ketidakadilan tanpa takut akan pembalasan.

Langkah-langkah yang lebih sistematis, termasuk pelatihan anti-perundungan bagi dosen dan mahasiswa senior, serta penguatan pengawasan dari pihak berwenang, sangat penting untuk memastikan terciptanya lingkungan pendidikan kedokteran yang sehat, adil, dan beretika.

Kejadian ini menjadi pengingat bagi seluruh stakeholders dalam dunia pendidikan kedokteran untuk senantiasa mengutamakan etika, keadilan, dan kesejahteraan peserta didik. Hanya dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif, kita dapat melahirkan dokter-dokter yang berkualitas dan berdedikasi tinggi untuk melayani masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *