Serangan udara Israel terbaru di Jalur Gaza telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang sangat besar, memicu kecaman internasional dan mengangkat kembali kekhawatiran atas konflik berkepanjangan di wilayah tersebut. Laporan menyebutkan puluhan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan-serangan yang terjadi pada Kamis, 17 April.
Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan sedikitnya 40 orang tewas dalam serangkaian serangan udara. Sebagian besar korban berada di kamp-kamp pengungsian, yang seharusnya menjadi tempat aman bagi warga sipil yang rentan. Angka korban jiwa yang tinggi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang kesesuaian target serangan dan kepatuhan terhadap hukum humaniter internasional.
Serangan Mematikan di Al-Mawasi
Salah satu serangan paling mematikan terjadi di daerah al-Mawasi, Khan Younis. Daerah ini sebelumnya dinyatakan sebagai “zona aman” oleh militer Israel sejak Desember 2023. Ironisnya, dua rudal Israel menghantam tenda-tenda pengungsi di sana, menewaskan sedikitnya 16 orang dan melukai 23 lainnya. Banyak korban merupakan perempuan dan anak-anak.
“Kami sedang duduk dengan damai di dalam tenda, di bawah perlindungan Tuhan, ketika kami tiba-tiba melihat sesuatu yang merah menyala – dan kemudian tenda itu meledak, dan tenda-tenda di sekitarnya terbakar,” kata Israa Abu al-Rus, seorang penyintas, menggambarkan kengerian serangan tersebut.
Serangan di Lokasi Lain di Jalur Gaza
Selain di al-Mawasi, serangan udara juga terjadi di beberapa lokasi lain di Jalur Gaza. Di Beit Lahia di utara Gaza, tujuh orang tewas. Serangan di wilayah sekitar al-Mawasi menewaskan seorang ayah dan anaknya. Di Jabalia, serangan terpisah menghantam tempat penampungan dan rumah keluarga Asaliya, menewaskan 13 orang. Dua warga sipil lainnya dilaporkan tewas akibat penembakan di Kota Gaza.
Jumlah korban tewas yang mencapai 40 orang menunjukkan skala serangan yang besar dan dampaknya yang menghancurkan bagi penduduk sipil. Kejadian ini menambah daftar panjang tragedi kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza, yang telah lama menderita akibat konflik berkepanjangan dan blokade.
Tanggapan Israel dan Konflik yang Berkelanjutan
Militer Israel menyatakan sedang menyelidiki laporan-laporan tersebut. Mereka mengklaim telah menyerang pusat komando dan kendali Hamas di Jabalia. Sejak dimulainya kembali serangan militer pada pertengahan Maret, militer Israel mengklaim telah menyerang sekitar 1.200 target yang mereka sebut sebagai “target teror”. Namun, klaim ini perlu dikaji lebih lanjut mengingat tingginya jumlah korban sipil.
Konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama bertahun-tahun, menyebabkan penderitaan yang tak terhitung bagi penduduk sipil di Jalur Gaza. Serangan udara terbaru ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah kritis di wilayah tersebut, yang kekurangan pasokan makanan, air bersih, dan perawatan kesehatan. Perlu adanya upaya internasional yang lebih kuat untuk mengakhiri kekerasan dan mencari solusi damai yang berkelanjutan.
Foto seorang anak yang duduk termenung di antara puing-puing bangunan di kamp pengungsi Jabalia menjadi gambaran nyata dari dampak tragis konflik ini bagi anak-anak. Mereka menjadi korban tak bersalah dari kekerasan yang terus berlanjut.
Situasi di Jalur Gaza membutuhkan perhatian internasional yang mendesak. Penting bagi dunia internasional untuk menekan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk menghormati hukum humaniter internasional dan melindungi warga sipil. Upaya diplomatik dan kemanusiaan yang intensif sangat dibutuhkan untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi damai yang berkelanjutan untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina.