Nikita Casap, seorang remaja 17 tahun asal Wisconsin, Amerika Serikat, menjadi pusat perhatian dunia setelah terungkapnya kejahatan mengerikan yang ia lakukan. FBI merilis dokumen yang mengungkap pembunuhan brutal yang dilakukan Casap terhadap kedua orang tuanya. Motifnya? Sebuah rencana jahat yang jauh lebih besar.
Casap berencana menggunakan harta warisan dari orang tuanya untuk mendanai sebuah serangan besar-besaran terhadap mantan Presiden AS, Donald Trump. Rencana ini terungkap setelah penyelidikan mendalam oleh pihak berwajib.
Pembunuhan Brutal dan Pelarian Dramatis
Casap didakwa atas dua tuduhan pembunuhan tingkat pertama setelah jenazah ibu dan ayah tirinya ditemukan di rumah keluarga mereka di Waukesha, Wisconsin. Polisi mendapati tindak kekerasan yang sangat kejam dalam pembunuhan tersebut.
Setelah membunuh orang tuanya, Casap memulai pelariannya yang dramatis. Ia mencuri kendaraan dan melarikan diri ratusan kilometer hingga ke negara bagian Kansas. Dalam pelariannya, Casap membawa sejumlah barang yang mencurigakan, yang semakin memperkuat kecurigaan pihak berwajib.
Barang Bukti yang Mencurigakan
Barang-barang yang dibawa Casap termasuk uang tunai sebesar 14.000 dolar AS (sekitar Rp 210 juta jika dikonversi dengan kurs saat ini, asumsi kurs Rp 15.000/USD), seekor anjing keluarga, dua paspor, beberapa kotak amunisi, dua ponsel, dan sebuah pistol revolver yang tidak terisi peluru. Keberadaan amunisi dan paspor ini menimbulkan pertanyaan serius tentang rencananya.
Keberadaan dua ponsel menunjukkan kemungkinan Casap menggunakan salah satunya untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa diketahui, dan yang lain untuk komunikasi sehari-hari. Pistol yang tidak terisi peluru menunjukkan kemungkinan persiapan yang belum tuntas, atau rencana yang berubah di tengah jalan. Anjing keluarga yang ikut dibawa menunjukkan adanya sisi emosional, atau mungkin hanya sebagai alat untuk menghindari kecurigaan.
Manifesto dan Rencana Penggulingan Pemerintah
Dalam surat perintah penggeledahan FBI yang dirilis, terungkap bahwa Casap diduga menulis sebuah manifesto yang menyerukan pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump dan menggulingkan pemerintah. Dokumen tersebut menyatakan, “Casap tampaknya telah menulis sebuah manifesto yang menyerukan pembunuhan terhadap Presiden Amerika Serikat. Ia juga menjalin komunikasi dengan pihak lain terkait rencananya untuk membunuh Presiden dan menggulingkan pemerintahan Amerika Serikat.”
Isi manifesto tersebut saat ini belum dipublikasikan secara lengkap demi menjaga proses penyelidikan dan menghindari penyebaran informasi yang dapat merugikan. Namun, bagian yang telah diungkap FBI menunjukkan tingkat bahaya rencana Casap.
Komunikasi Rahasia dan Rencana Kabur ke Luar Negeri
Awalnya, Casap berencana melarikan diri ke luar negeri dan mencoba menyalahkan Rusia atas kejahatan yang telah ia lakukan. Hal ini terungkap dari komunikasi yang ditemukan dalam ponselnya melalui aplikasi Telegram.
Melalui aplikasi Telegram, Casap berkomunikasi dengan beberapa orang yang terlibat dalam rencananya untuk membunuh Trump. Ini menunjukkan bahwa Casap bukan hanya bertindak sendirian, tetapi memiliki jaringan yang mendukung rencana jahatnya. Penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengungkap jaringan tersebut.
Kasus Nikita Casap ini menyoroti pentingnya pengawasan terhadap aktivitas online dan penyebaran ideologi ekstrem. Peristiwa ini juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana seseorang, seorang remaja, bisa sampai merencanakan kejahatan sebesar ini. Analisis psikologis lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memahami motif dan psikopat Casap.
Perlu ditekankan bahwa kasus ini masih dalam proses penyelidikan. Informasi di atas berdasarkan informasi publik yang telah dirilis hingga saat ini. Detail lebih lanjut mungkin akan terungkap seiring berjalannya proses hukum.