Berita  

NU dan Muhammadiyah Berduka: Paus Fransiskus, Tokoh Inklusif yang Humanis

Mediakabar.com | Portal Berita Terfaktual

Meninggalnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun pada Senin, 22 April 2025, meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dunia dan juga memicu gelombang belasungkawa dari berbagai kalangan, termasuk dari Indonesia. Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, turut menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian pemimpin spiritual Gereja Katolik ini.

Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, dalam keterangannya pada Selasa, 23 April 2025, memuji Paus Fransiskus sebagai tokoh agama yang inklusif dan penuh kasih sayang. “Kasih sayang beliau kepada umat manusia tanpa membedakan latar belakang apapun adalah teladan paripurna,” ujar Yahya. Ia juga menekankan pentingnya inisiatif Paus bersama Syekh Al Azhar, Ahmed Al-Tayeb, dalam menandatangani piagam kemanusiaan sebagai simbol perjuangan perdamaian dunia.

NU, menurut Yahya, berkomitmen untuk melanjutkan semangat dan perjuangan Paus Fransiskus dalam membela kemanusiaan. Kerja sama antarumat beragama yang telah dirintis oleh Paus Fransiskus akan terus dijaga dan ditingkatkan demi terciptanya perdamaian dan persatuan global. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh Paus Fransiskus dalam mendorong dialog antaragama dan toleransi.

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengenang Paus Fransiskus sebagai sosok yang humanis dan sederhana. Kenangan pertemuannya dengan Paus di Vatikan pada 24 Februari 2024, dalam acara penerimaan Zayed Award for Human Fraternity, sangat membekas di hatinya. “Ketika kami bertemu langsung beliau di Vatikan… penerimaannya penuh persaudaraan, penyantun, bahkan diselingi humor yang hangat,” kenang Haedar.

Haedar juga menambahkan bahwa Paus Fransiskus adalah tokoh yang hidup sederhana dengan slogan “miserando atque eligendo” atau “rendah hati dan terpilih”. Kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi dunia, khususnya bagi umat Katolik. Namun, warisan kepemimpinannya yang penuh kasih sayang dan toleransi akan tetap abadi.

Universitas Paramadina, Jakarta, juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya Paus Fransiskus. Rektor Paramadina, Didik J. Rachbini, menggambarkan Paus sebagai pemimpin yang merangkul semua golongan dan mengedepankan dialog. Keberanian Paus dalam membela kemanusiaan patut diacungi jempol. “Warisannya akan abadi sebagai inspirasi lintas iman dalam membangun dunia yang lebih adil, beradab, dan penuh cinta kasih,” ungkap Didik.

Paus Fransiskus memang dikenal karena komitmennya pada dialog antaragama dan upaya untuk mempromosikan perdamaian dunia. Ia aktif terlibat dalam berbagai inisiatif untuk mengatasi konflik dan ketidakadilan global. Salah satu contohnya adalah penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia bersama Imam Besar Al-Azhar pada tahun 2019. Dokumen ini menekankan pentingnya persaudaraan universal dan kerja sama antaragama dalam menghadapi tantangan global.

Selain itu, Paus Fransiskus juga dikenal karena sikapnya yang sederhana dan dekat dengan rakyat. Ia seringkali mengunjungi daerah-daerah miskin dan terpinggirkan, serta menunjukkan kepedulian yang besar terhadap orang-orang yang menderita. Hal ini semakin memperkuat citranya sebagai pemimpin yang humanis dan peduli terhadap sesama.

Kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi dunia. Namun, warisan pemikiran dan tindakannya akan terus menginspirasi banyak orang untuk membangun dunia yang lebih baik dan penuh kasih sayang. Semoga semangat persaudaraan dan toleransi yang selalu ia junjung tinggi dapat terus terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Ucapan bela sungkawa dari berbagai kalangan di Indonesia menunjukkan betapa luasnya pengaruh dan dampak positif yang telah diberikan Paus Fransiskus selama hidupnya. Ia bukan hanya pemimpin agama, tetapi juga tokoh dunia yang menginspirasi banyak orang untuk hidup berdampingan secara damai dan penuh kasih sayang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *