Kunjungan sejumlah menteri ke kediaman Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Solo pasca Lebaran telah memicu beragam interpretasi politik. Pengamat politik Adi Prayitno melihat kunjungan tersebut sebagai sinyal kuat kepada PDIP, khususnya Megawati Soekarnoputri.
Adi berpendapat pertemuan tersebut, yang bertepatan sehari setelah pertemuan Prabowo Subianto dan Megawati, merupakan bentuk konsolidasi kekuatan yang berpusat di Solo, yang sering dikaitkan dengan “Jokowisme”. Ia menegaskan pesan yang disampaikan ditujukan kepada PDIP, bukan sekadar silaturahmi biasa. “Yang ingin saya katakan yang ke Solo itu kan adalah orang-orang yang sering disebut sebagai Jokowisme. Ini konsolidasi Solo. Pesannya juga kuat ke Teuku Umar,” ujarnya dalam acara Political Show CNNIndonesia TV.
Adi menolak anggapan Jokowi dan Prabowo sebagai “matahari kembar”, menekankan persahabatan keduanya yang telah terbangun. Ia berpendapat bahwa saat ini tidak ada pihak yang ingin menjauhi Prabowo. Namun, kunjungan para menteri ke Solo justru dilihatnya sebagai upaya menunjukkan kekuatan “Solo” di hadapan PDIP, bahkan setelah Jokowi tidak lagi menjabat presiden dan menjadi kader partai.
Adi menambahkan, “Jangan-jangan ada yang kedua pesan politiknya. Itu tidak menunjukkan bahwa Pak Jokowi sebagai orang penting dan hebat di negara kita. Pesannya adalah ke Teuku Umar, ke Megawati dan PDIP. Apa? Dulu ada satu keyakinan setelah Jokowi tak lagi jadi presiden tak lagi bersama PDIP, itu kan *lame duck*, dia akan *wassalam*. Tapi nyatanya banyak kok menteri-menteri yang datang.”
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham, memberikan klarifikasi terkait kunjungan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia ke Solo. Idrus menegaskan kunjungan tersebut murni silaturahmi Lebaran, bukan atas undangan resmi. “Ini mengalir dalam suasana lebaran,” kata Idrus.
Selain Bahlil, Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga turut hadir di Solo. Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Alex Damanik, membantah adanya unjuk kekuatan dari Jokowi dalam pertemuan tersebut, menyebutnya sebagai silaturahmi Lebaran biasa. “Murni lebaran. Saya tadi juga menyampaikan, walaupun menteri itu kabinet itu bukan keberlanjutan, kita percaya menteri itu akan datang sebagai teman,” kata Freddy.
Sementara itu, Politikus PDIP Aryo Seno Bagaskoro menyatakan PDIP telah *move on* dan fokus pada masa depan bangsa. Ia tidak sepakat jika konsolidasi di Solo merupakan sinyal kepada PDIP, mengatakan para menteri yang berkunjung merupakan anak buah Presiden, sehingga sinyal tersebut lebih tepat ditujukan kepada Istana. “Kalau ada *show of force* di sana, tentu bukan ke kita. Jangan-jangan betul ada wanti-wanti yang harus disampaikan masyarakat kepada pihak yang berkuasa, bahwa ada pihak yang mau unjuk kekuatan, yang pasti bukan kami,” imbuhnya.
Berbagai interpretasi tersebut menunjukkan kompleksitas dinamika politik pasca-Pemilu. Kunjungan para menteri ke Solo membuka ruang analisis yang luas, mulai dari interpretasi sebagai konsolidasi kekuatan, silaturahmi biasa, hingga upaya menyampaikan pesan politik tertentu kepada pihak-pihak tertentu. Perbedaan pandangan ini mencerminkan beragam perspektif dalam memahami peta politik Indonesia yang dinamis.
Analisis lebih lanjut perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti posisi politik para menteri yang hadir, hubungan mereka dengan Jokowi dan Prabowo, serta strategi politik masing-masing partai menjelang Pemilu 2024. Studi lebih mendalam diperlukan untuk memahami secara komprehensif arti dan dampak kunjungan tersebut terhadap peta politik Indonesia.