Dari sekadar penerang ruangan saat mati lampu atau pelengkap ibadah, lilin menjelma menjadi sumber penghasilan utama bagi Yulianah. Berawal dari modal Rp 5 juta di tahun 2011, ia dan suaminya, Dhanu, mendirikan Jakarta Candle. Perjalanan mereka tak mudah; selama tiga tahun, pesanan hanya berkisar 3-5 batang lilin saja. Namun kegigihan mereka akhirnya membuahkan hasil.
Berbekal inovasi dan promosi gencar di media sosial serta e-commerce, Jakarta Candle mengalami pertumbuhan pesat. “Tahun 2011 kita coba bikin lilinnya, kita beli material di toko kimia, kita beli peralatan di Glodok. 2011 – 2013 orderan lilin hanya 3-5 batang. Cuma saya usahanya bikin titik di Google karena belum ada e-commerce. Baru booming pas sudah ada sosmed tahun 2016 ke atas baru menemukan jalan hingga pengusaha wedding untuk jadi rekanan,” kenang Yulianah saat ditemui di rumah produksinya.
Kini, Jakarta Candle telah menjadi produsen lilin yang sukses, dengan omzet tahunan mencapai Rp 700 juta. Keberhasilan ini didorong oleh inovasi produk yang mengikuti tren terkini. Mereka memproduksi berbagai jenis lilin, seperti pillar candle, glass candle, taper candle, dan polish. Lebih dari itu, mereka kini beralih ke bahan baku organik seperti beeswax dan bahan nabati, menjawab tuntutan pasar global yang semakin peduli kesehatan dan lingkungan.
Strategi Sukses Jakarta Candle
Strategi pemasaran yang tepat menjadi kunci kesuksesan Jakarta Candle. Yulianah secara aktif mempromosikan produknya melalui media sosial dan e-commerce. Hal ini membantunya mendapatkan relasi dan pelanggan baru, baik dalam maupun luar negeri. Kualitas produk yang baik dan penggunaan bahan baku organik juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.
Permintaan lilin Jakarta Candle bahkan sudah merambah pasar internasional, termasuk Malaysia, Singapura, dan Australia. Lilin-lilin mereka juga sering digunakan dalam acara pernikahan artis, berkat kerjasama dengan wedding organizer. Dalam bulan yang ramai pesanan, Yulianah bahkan melibatkan warga sekitar untuk membantu proses produksi, sehingga kapasitas produksi mencapai 5000 batang lilin per bulan.
Tantangan dan Peluang
Perjalanan bisnis Yulianah tidak selalu mulus. Awalnya, mereka menggunakan parafin impor. Namun, masukan dari klien mendorong mereka untuk beralih ke bahan organik. “Awalnya masih pakai parafin impor, kesini-sini mulai dapat masukan dari klien untuk lebih baik lagi jadi dikulik bahan organik, kalo parafin itu kita ambil dari minyak bumi itu lebih karbon kimiawi. Kalo yang ini kita ambil dari nabati itu lebih sehat, orang-orang luar negeri lebih konsen ke situ, kalo konsumen yang konsen kesehatan pasti cari lilin kita, yang membedakan kita ya itu,” jelas Yulianah.
Perubahan ini tidak hanya meningkatkan kualitas produk, tetapi juga membuka peluang pasar baru di negara-negara yang memprioritaskan produk ramah lingkungan. Komitmen terhadap kualitas dan kepedulian terhadap lingkungan telah menjadi nilai jual utama Jakarta Candle.
Dukungan Perbankan dan Pemerintah
Yulianah juga memanfaatkan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI untuk mengembangkan bisnisnya. “Aku sudah menjadi nasabah tahun 2015 atau 2016 sempet ada KUR tahun 2018 selesai, sampai sekarang belum ambil lagi. Aku terakhir paling gede Rp25 juta. Mudah karena kita sudah dilihat usaha udah lama, pencatatan jualan juga bagus. KUR kemarin untuk perputaran bahan baku dan suntikan dana aja,” jelasnya.
Selain KUR, Jakarta Candle juga berpartisipasi dalam BRI UMKM EKSPO(RT) Januari 2025, mendapatkan pendampingan usaha setelah pameran. Keikutsertaan dalam pameran ini juga memberikan kesempatan untuk memperluas jaringan dan meningkatkan visibilitas bisnis. Hal ini menunjukkan peran penting perbankan dan pemerintah dalam mendukung perkembangan UMKM di Indonesia.
Kepala Unit BRI Bojonggede, Abdul Ghopur, mengapresiasi Yulianah sebagai nasabah yang konsisten dan sukses memanfaatkan fasilitas KUR. “Bu Yulianah memang nasabah lama kami di BRI Bojonggede, beliau dari mulai merintis usahanya menggunakan fasilitas KUR. Memang produk fasilitas pinjaman UMKM yang suku bunganya sangat ringan dibandingkan di fasilitas produk lain baik itu sesama BRI atau perusahaan lain, karena 0 persen per tahun bunganya per bulannya 0,275 makanya masyarakat itu memanfaatkan untuk modal usaha,” ujar Ghopur.
BRI tidak hanya menyediakan akses permodalan, tetapi juga memberikan dukungan berupa pelatihan dan kesempatan berpartisipasi dalam pameran. Hal ini mendorong perkembangan UMKM dan menciptakan ekosistem bisnis yang lebih kondusif.
Prestasi dan Cita-cita Yulianah
Berkat kerja keras dan kegigihannya, Yulianah telah meraih banyak hal. Dalam 14 tahun berbisnis, ia telah mampu membangun rumah pribadi, membelikan rumah dan kebun untuk mertuanya, dan memiliki kendaraan. Namun, ia masih memiliki cita-cita untuk menunaikan ibadah haji.
“14 tahun berbisnis ini, ini, (menunjukkan kendaraan motor dan mobil) aku juga sudah punya rumah, ada tabungan juga. Rumah di daerah Sasak Panjang, rumah kecil untuk mertua sama kebun sedikit. Pengen umroh pengin haji belum kecapaian,” tutur Yulianah. Kisah sukses Yulianah menjadi inspirasi bagi para pelaku UMKM lainnya, menunjukkan bahwa dengan kerja keras, inovasi, dan dukungan yang tepat, kesuksesan dapat diraih.
Lebih dari itu, Yulianah juga aktif berkontribusi dalam pengembangan UMKM di desanya. Ia memberikan kesempatan kerja bagi warga sekitar dan berbagi pengalamannya dengan UMKM lain. Komitmennya dalam pengembangan ekonomi lokal menjadikan kisah suksesnya semakin inspiratif.