Stigma terhadap perempuan yang dianggap lemah dan hanya cocok untuk pekerjaan domestik masih sangat kuat di Indonesia. Hal ini terutama terasa bagi perempuan yang bekerja di sektor-sektor yang selama ini didominasi laki-laki. Mereka seringkali menghadapi diskriminasi dan pandangan sebelah mata dari masyarakat.
Devi Indah Wati (46), seorang pengemudi ojek online di Jakarta, adalah contoh nyata dari perempuan yang melawan stigma tersebut. Ia kerap kali menerima perlakuan tidak adil karena profesinya yang dianggap sebagai pekerjaan laki-laki. Keluarganya pun awalnya menentang pilihan Devi, namun tekadnya untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya membuatnya tetap teguh.
Menjadi pengemudi ojek online tidaklah mudah. Devi harus berjuang menghadapi kemacetan, risiko kecelakaan di jalan, dan memastikan keamanan penumpang serta pesanannya. Namun, tantangan tersebut tidak membuatnya patah semangat. Ia membuktikan bahwa perempuan juga mampu dan tangguh dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup.
Devi percaya kemandirian perempuan sangat penting. Ia menekankan pentingnya perempuan untuk tidak bergantung sepenuhnya pada laki-laki, meskipun dukungan pasangan merupakan anugerah. Kemandirian, menurutnya, merupakan kunci untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan dan menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Kisah serupa juga dialami Nindri Rahmawati Herna (26), seorang Customer Service On Train (CSOT) yang telah tiga tahun berkarier di dunia perkeretaapian. Sektor transportasi, selama ini identik dengan laki-laki, namun Nindri membuktikan bahwa perempuan juga mampu berprestasi di bidang tersebut.
Nindri menyoroti stereotip sosial yang membatasi peran perempuan hanya pada pekerjaan administratif atau pendukung. Ia berpendapat bahwa perempuan memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama dengan laki-laki untuk menjalankan berbagai peran, termasuk di lapangan. Prestasi Nindri menjadi bukti nyata bahwa perempuan mampu berkontribusi secara signifikan di berbagai sektor.
Tantangan yang dihadapi Devi dan Nindri mewakili pengalaman banyak perempuan lainnya di Indonesia. Meskipun di beberapa wilayah penerimaan terhadap perempuan di berbagai profesi semakin baik, stereotip yang menghambat karier perempuan masih masih banyak ditemukan. Anggapan bahwa perempuan harus fokus di rumah tangga seringkali menyebabkan karier mereka dipandang sebelah mata.
Baik Devi maupun Nindri menekankan pentingnya perempuan untuk percaya diri dan menunjukkan potensi diri mereka. Mereka mengajak perempuan Indonesia untuk terus berkarya dengan semangat dan profesionalisme, membuktikan bahwa perempuan mampu sukses dan berkarier di bidang apa pun, bahkan di bidang yang didominasi laki-laki.
Tantangan Perempuan di Dunia Kerja
Berbagai tantangan masih dihadapi perempuan dalam dunia kerja di Indonesia. Selain stigma gender, perempuan juga seringkali menghadapi kesenjangan upah, kurangnya kesempatan promosi, serta beban ganda antara pekerjaan dan urusan rumah tangga. Hal ini membutuhkan upaya kolektif dari berbagai pihak untuk menciptakan kesetaraan gender di tempat kerja.
Upaya Mengatasi Kesenjangan Gender
Dengan kolaborasi yang kuat dari berbagai elemen masyarakat, diharapkan kesenjangan gender di dunia kerja dapat diatasi, dan perempuan dapat berkontribusi sepenuhnya dalam pembangunan bangsa.
Kisah Devi dan Nindri menginspirasi perempuan Indonesia untuk terus berjuang, melawan stigma, dan meraih kesuksesan di bidang apapun yang mereka pilih. Mereka adalah contoh nyata bahwa perempuan mampu menjadi tulang punggung keluarga dan berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan bangsa.
Perjuangan mereka menjadi pengingat pentingnya terus memperjuangkan kesetaraan gender dan menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan untuk berkembang dan meraih potensi maksimalnya.