Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini mengumumkan rencana pemerintah untuk memaksimalkan potensi hilirisasi di Indonesia. Pemerintah telah mengidentifikasi 28 komoditas unggulan yang diperkirakan akan menghasilkan pendapatan lebih dari Rp 13.000 triliun pada tahun 2040. Hal ini disampaikan Gibran dalam video YouTube-nya yang berjudul “Hilirisasi dan Masa Depan Indonesia”.
Gibran menekankan pentingnya hilirisasi bukan hanya untuk pertumbuhan ekonomi secara makro, tetapi juga untuk kesejahteraan rakyat. Kekayaan sumber daya alam (SDA) mentah saja tidak cukup untuk memajukan ekonomi Indonesia. Pengolahan SDA menjadi produk akhir melalui hilirisasi menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja.
Inisiatif ini merupakan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Sebuah Satuan Tugas (Satgas) percepatan hilirisasi telah dibentuk untuk mendorong dan mengawasi proses ini. Investasi besar-besaran juga tengah digencarkan untuk mendukung pengembangan industri hilir di berbagai sektor.
28 Komoditas Unggulan untuk Hilirisasi
Ke-28 komoditas unggulan tersebut berasal dari delapan sektor utama ekonomi Indonesia. Rinciannya meliputi sektor mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan. Diversifikasi komoditas ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengembangkan berbagai sektor secara berkelanjutan.
Sektor Mineral dan Batubara
Sektor ini mencakup komoditas-komoditas bernilai tinggi seperti batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas, perak, aspal buton, pasir silika, mangan, kobalt, dan logam tanah jarang. Hilirisasi di sektor ini akan fokus pada pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi dengan nilai jual lebih tinggi, seperti baterai untuk kendaraan listrik, baja berkualitas tinggi, dan perhiasan.
Sektor Perkebunan
Komoditas unggulan dari sektor perkebunan meliputi kelapa sawit, kelapa, karet, biofuel, cokelat, dan pala. Hilirisasi di sektor ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk perkebunan, misalnya dengan memproses kelapa sawit menjadi produk turunan seperti biodiesel dan kosmetik, atau memproses kakao menjadi produk cokelat olahan.
Sektor Kelautan, Perikanan, dan Kehutanan
Sektor kelautan menyasar rumput laut dan garam. Sedangkan sektor perikanan menargetkan udang, ikan tuna, cakalang, tongkol, tilapia, dan rajungan. Untuk sektor kehutanan, fokusnya adalah kayu balok dan getah pinus. Hilirisasi di sektor ini akan meningkatkan nilai ekonomi hasil laut dan hutan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, sebelumnya telah menjelaskan bahwa pemilihan ke-28 komoditas ini didasarkan pada potensi ekonomi dan kemampuan Indonesia untuk mengembangkan industri hilirnya. Program hilirisasi ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan negara, dan mendorong pemerataan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.
Implementasi hilirisasi di Indonesia juga perlu memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Proses pengolahan harus dilakukan secara bertanggung jawab untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal ini penting agar hilirisasi dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi Indonesia.
Program hilirisasi ini sejalan dengan amanat UUD 1945 yang menyatakan bahwa kekayaan alam Indonesia harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Program ini tidak hanya ditujukan untuk pengusaha elit, tetapi juga untuk menjamin keadilan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.