Aktris Raihaanun, pemenang dua Piala Citra, kembali membintangi film layar lebar berjudul Angkara Murka. Film ini disutradarai oleh Eden Junjung, seorang sineas yang dikenal lewat beberapa film pendeknya, seperti Happy Family, Bura, dan The Intrusion. Angkara Murka diproduksi oleh Forka Films.
Film ini mengisahkan Ambar (Raihaanun), seorang ibu muda yang bekerja keras di tambang pasir untuk mencari suaminya, Jarot (Aksara Dena), yang hilang secara misterius di lokasi tambang tersebut. Kehidupan Ambar di tambang tidak hanya berat secara fisik, tetapi juga dihantui oleh teror yang lebih mengerikan.
Teror tersebut berkaitan dengan perebutan kekuasaan yang rakus, praktik-praktik pesugihan yang menyeramkan, hingga keberadaan makhluk halus yang dipercaya menjaga tanah di lokasi tambang pasir. Dalam kesendiriannya, Ambar menemukan teman dalam diri Lukman (Simhala Avadana).
Bersama Lukman, Ambar berupaya mengungkap rahasia tersembunyi di dalam tambang dan melawan kekuatan jahat yang selama ini membungkam suara-suara kaum lemah. Raihaanun sendiri berbagi beberapa catatan menarik seputar pengalamannya dalam pembuatan film Angkara Murka.
Seorganik Mungkin
Dalam wawancara dengan Showbiz Liputan6.com di Epicentrum XXI Jakarta pada Kamis, 24 April 2025, Raihaanun menjelaskan tantangan terbesar dalam memerankan Ambar adalah menampilkan karakter tersebut secara organik dan natural. Ia berusaha untuk menghindari penggunaan makeup dan elemen-elemen lain yang bisa mengurangi kesan natural.
“Tantangan tersendiri karena dibikin seorganik mungkin, tidak ada makeup dan segala macam. Termasuk set lumayan membuat karakter ini makin jadi. Set ini kalau dirasakan bukan jadi sebuah kesulitan,” ungkap Raihaanun. Proses syuting film ini berlangsung hampir satu bulan.
Raihaanun juga menambahkan bahwa set lokasi yang digunakan justru membantu ia untuk lebih terhubung secara emosional dengan karakter yang diperankannya. Suasana dan lingkungan sekitar lokasi syuting memberikan pengalaman yang mendalam dan berkesan baginya.
Set Lokasi Sebagai Pembuka Jalan
Angkara Murka merupakan sebuah film yang memadukan genre horor dan drama emosional dengan sangat baik. Film ini tidak hanya menyajikan teror mencekam, tetapi juga mengangkat isu-isu sosial yang relevan. Dengan judul internasional Mad of Madness, film ini ingin mengajak penonton untuk melihat betapa kerakusan dan kekuasaan dapat meninggalkan luka yang berdampak lintas generasi.
Film ini berhasil mencampurkan unsur-unsur supranatural dengan realita sosial yang kompleks. Hal ini memberikan kedalaman cerita dan membuatnya lebih menarik dan bermakna. Ketegangan yang dihadirkan tidak hanya berasal dari unsur horor, tetapi juga dari konflik sosial dan psikologis yang dialami oleh para karakter.
Yang Katanya Dihuni Setan
Angkara Murka berhasil menarik perhatian dunia internasional. Film ini akan melakukan world premiere di Far East Film Festival 2025 di Udine, Italia pada 30 April 2025, dan akan berkompetisi untuk meraih White Mulberry Award for Best Debut Feature. Sutradara Eden Junjung turut mengungkapkan kesan mendalamnya.
“Saya tumbuh di kaki gunung yang katanya dihuni setan. Seiring waktu saya sadar, ketakutan itu sengaja ditanamkan untuk membungkam. Lereng yang dibilang angker, ternyata jadi ladang tambang ilegal. Itulah horor yang sebenarnya,” jelas Eden Junjung. Pengalaman masa kecilnya di kaki gunung tersebut menjadi inspirasi utama bagi pembuatan film ini.
Dengan demikian, Angkara Murka tidak hanya sekedar film horor, namun juga film yang mengangkat isu sosial dan lingkungan. Film ini memiliki potensi untuk menjadi representasi sinema Indonesia yang berkualitas di kancah internasional.