Perang tarif antara Amerika Serikat dan China menimbulkan dampak signifikan pada industri penerbangan global, khususnya bagi Boeing, produsen pesawat asal AS. Sejumlah pesawat Boeing 737 Max yang telah dikirim ke China kini tengah dalam perjalanan kembali ke Amerika Serikat, menandakan semakin memburuknya hubungan perdagangan kedua negara.
Pada Jumat, 18 April 2025, sebuah pesawat Boeing 737 Max terpantau kembali ke AS dari Zhoushan, China. Pesawat tersebut sebelumnya telah selesai dihias di pusat penyelesaian Boeing di Zhoushan dan dipersiapkan untuk diserahkan kepada Xiamen Airlines, maskapai yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh China Southern. Foto-foto yang beredar di situs pencari pesawat sejak Februari menunjukkan livery Xiamen Airlines pada pesawat tersebut.
Kepulangan pesawat ini menjadi indikator terbaru dari gangguan pengiriman dan berakhirnya status bebas bea industri yang telah berlangsung selama bertahun-tahun antara AS dan China. Sebelum kebijakan tarif baru Presiden Trump diumumkan pada 2 April 2025, tiga pesawat 737 MAX baru telah dikirim ke Zhoushan. Satu lagi tiba minggu berikutnya, sebelum akhirnya satu pesawat dari pengiriman pertama tersebut kembali ke AS melalui Guam.
Dampak Perang Tarif terhadap Boeing
Boeing sendiri menolak berkomentar terkait kepulangan pesawat tersebut. Perjalanan sejauh 5.000 mil ini terjadi di tengah pengawasan ketat terhadap bisnis Boeing di China akibat sengketa tarif. Boeing menghadapi larangan impor dari China, yang merupakan bagian dari eskalasi konfrontasi tarif yang diprakarsai oleh Trump.
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari pemerintah China terkait hal ini, seorang sumber senior di industri penerbangan dan kedirgantaraan menyatakan tidak mengetahui adanya instruksi resmi untuk menolak pesawat Boeing. Namun, analis industri sepakat bahwa tarif yang dijatuhkan China atas barang-barang AS sebagai balasan atas kebijakan Trump akan secara efektif memblokir impor pesawat, meskipun tanpa larangan resmi.
Kemungkinan besar, Boeing dan pemasoknya akan menghentikan pengiriman pesawat ke China untuk sementara waktu. Publikasi penerbangan The Air Current melaporkan bahwa sebuah maskapai China yang tidak disebutkan namanya telah membatalkan kesepakatan sewa pesawat Boeing.
Analisis Situasi dan Implikasi Lebih Lanjut
Penarikan pesawat 737 Max ini terjadi di saat Boeing tengah berupaya memulihkan diri setelah pembekuan impor 737 MAX selama hampir lima tahun dan serangkaian ketegangan perdagangan sebelumnya. Pabrik penyelesaian di Zhoushan, yang dibuka pada tahun 2018, kini menjadi pusat perhatian di tengah situasi ini. Pabrik ini berada di kawasan pelabuhan sibuk di Zhoushan dan Ningbo.
China secara historis menjadi pasar utama bagi Boeing, menyerap seperempat dari pengirimannya. Namun, angka ini telah menurun drastis setelah ketegangan perdagangan sebelumnya, krisis keselamatan 737 MAX, dan pandemi COVID-19. Laporan juga menyebutkan bahwa China telah meminta maskapai penerbangannya untuk menghentikan pembelian suku cadang pesawat buatan AS, yang merupakan komponen penting bagi hampir semua pesawat komersial modern.
Meskipun dua sumber industri AS menyatakan tidak menerima instruksi untuk menghentikan pengiriman suku cadang ke China, dan sumber lain yang mengelola bengkel perawatan pesawat di China menyatakan tidak mengalami masalah mengimpor suku cadang AS, situasi ini tetap mengkhawatirkan bagi Boeing.
Tanggapan Kementerian Luar Negeri China yang cenderung menghindar, “Saya akan merujuk Anda ke otoritas yang kompeten,” menunjukkan keraguan akan transparansi dan kejelasan kebijakan pemerintah China dalam masalah ini.
Situasi ini menunjukkan betapa kompleks dan saling terhubungnya rantai pasokan global dan bagaimana ketegangan geopolitik dapat berdampak luas pada berbagai sektor, termasuk industri penerbangan. Ketidakpastian di masa depan hubungan AS-China akan sangat menentukan nasib Boeing dan industri penerbangan secara global.
Perlu dicatat bahwa penarikan pesawat ini kemungkinan hanya merupakan puncak gunung es dari masalah yang lebih besar. Dampak jangka panjang dari perang tarif terhadap Boeing dan industri penerbangan masih belum dapat diprediksi secara pasti. Penting bagi semua pihak untuk mencari solusi diplomatik dan menghindari eskalasi konflik yang dapat semakin merusak perekonomian global.