Seorang pria berusia 61 tahun berinisial K di Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah ditangkap atas tuduhan memperkosa anak kandungnya sendiri. Korban, RI (21 tahun), mengalami pemerkosaan berulang hingga hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki pada 15 April 2025.
Kasus ini terungkap setelah korban melahirkan. Kakak tirinya yang membantu persalinan menanyakan siapa ayah dari bayi tersebut. Korban kemudian menceritakan peristiwa mengerikan yang dialaminya kepada kakak tirinya. “Di situlah korban menceritakan perbuatan pelaku,” ungkap Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah Iptu Luk Luk Il Maqnun kepada detikBali.
Menurut keterangan polisi, pemerkosaan pertama kali terjadi pada Agustus 2024. Pelaku, yang tinggal terpisah dari korban, memanggil korban ke rumahnya dengan alasan tertentu. Ia kemudian berpura-pura sakit dan meminta korban memijatnya. Momen inilah yang dimanfaatkan pelaku untuk melancarkan aksi bejatnya.
Aksi pemerkosaan tersebut dilakukan sebanyak lima kali. Pelaku mengancam akan membunuh korban jika ia menolak. “Pelaku mengancam akan membunuh korban apabila korban menolak disetubuhi,” jelas Iptu Luk Luk.
Trauma dan tekanan yang dialami korban akhirnya mendorongnya untuk melaporkan kejadian tersebut ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sat Reskrim Polres Lombok Tengah. Kejadian ini tentu sangat memprihatinkan dan menimbulkan keprihatinan mendalam bagi masyarakat.
Dampak Psikologis Korban Pemerkosaan
Korban pemerkosaan, khususnya oleh anggota keluarga sendiri, seringkali mengalami trauma psikologis yang sangat berat. Mereka dapat mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, kecemasan, dan kesulitan dalam membentuk hubungan interpersonal yang sehat.
Perlu adanya dukungan dan pendampingan psikologis yang intensif bagi korban untuk membantu mereka mengatasi trauma yang dialaminya. Proses penyembuhan membutuhkan waktu dan kesabaran, serta dukungan dari lingkungan sekitar yang suportif.
Selain trauma psikologis, korban juga rentan mengalami masalah kesehatan fisik. Pemeriksaan medis menyeluruh sangat penting untuk mendeteksi dan mengobati kemungkinan penyakit menular seksual atau komplikasi kesehatan lainnya.
Perlindungan terhadap Korban dan Penegakan Hukum
Penetapan tersangka K dan penahanannya merupakan langkah penting dalam penegakan hukum. Namun, penting juga untuk memastikan bahwa korban mendapatkan perlindungan dan dukungan yang memadai selama proses hukum berlangsung.
Perlindungan ini meliputi akses ke layanan kesehatan fisik dan psikologis, serta jaminan keamanan dan privasi. Lembaga perlindungan perempuan dan anak memiliki peran penting dalam memastikan hak-hak korban terpenuhi.
Kasus ini juga menjadi pengingat pentingnya peran keluarga dan masyarakat dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak. Pendidikan seksualitas yang komprehensif dan kesadaran akan tanda-tanda kekerasan seksual sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak.
Pentingnya Pencegahan Kekerasan Seksual
Pencegahan kekerasan seksual membutuhkan upaya multisektoral, melibatkan pemerintah, lembaga masyarakat, keluarga, dan individu. Pendidikan sejak dini mengenai kesadaran tubuh, batas-batas fisik, dan cara melaporkan kekerasan seksual sangat penting.
Selain itu, diperlukan juga kampanye sosial yang intensif untuk mengubah norma sosial yang permisif terhadap kekerasan seksual. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat sangat krusial dalam menciptakan lingkungan yang aman dan menghormati hak asasi manusia.
Kasus ini harus menjadi momentum untuk memperkuat sistem perlindungan anak dan meningkatkan penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan seksual. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan masyarakat yang bebas dari kekerasan seksual.
Pelaku sudah ditahan dan akan diadili sesuai hukum yang berlaku. Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih peduli dan melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan.