Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Kamis, 25 April 2025, menyatakan bahwa negosiasi perdagangan dengan China masih berlangsung. Pernyataan ini bertolak belakang dengan pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri China yang sama-sama membantah adanya pembicaraan aktif. Trump bahkan menyebutkan adanya pertemuan antara perwakilan kedua negara, tanpa merinci detail siapa saja yang terlibat.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yadong, dengan tegas menyatakan tidak adanya negosiasi ekonomi dan perdagangan antara kedua negara. Ia mendesak agar klaim kemajuan dalam pembicaraan bilateral diabaikan dan menyerukan AS untuk membatalkan semua tindakan sepihak yang telah dijatuhkan terhadap China sebagai syarat untuk memulai dialog. Senada dengan He Yadong, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, juga menyatakan hal yang sama. Kedua juru bicara menekankan pentingnya perlakuan yang setara dalam setiap perundingan.
Pernyataan Trump yang optimistis ini muncul setelah ia dan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, memberikan indikasi bahwa ketegangan dengan China mungkin akan mereda. Namun, ironisnya, pemerintahan Trump sebelumnya telah meningkatkan ketegangan dengan menerapkan tarif baru hingga 145 persen atas barang-barang impor dari China. Langkah ini dibalas oleh Beijing dengan tarif balasan dan pembatasan ekspor mineral penting ke AS, yang semakin memperumit situasi.
Perang Dagang AS-China: Dampak dan Strategi Darurat
Perang dagang antara AS dan China telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian global. Beberapa bank besar di Wall Street telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China sebagai akibat dari tarif dan ketegangan dagang yang berkepanjangan. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh konflik ini juga berdampak pada pasar keuangan internasional.
China, sebagai respon terhadap situasi ini, telah menyiapkan strategi darurat. Pemerintah China mendorong pelaku usaha untuk mengalihkan produk ekspor ke pasar domestik. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor AS dan meminimalisir dampak negatif dari perang dagang. Presiden Xi Jinping juga telah menginstruksikan pemerintah untuk menyusun rencana darurat yang komprehensif. Rencana ini mencakup mitigasi dampak ekonomi dan penguatan koordinasi antara kebijakan ekonomi dalam negeri dan diplomasi ekonomi internasional.
Strategi China Menangani Perang Dagang:
Selain itu, China juga mengancam akan mengambil langkah balasan terhadap negara-negara yang dinilai telah membuat kesepakatan dengan AS yang merugikan kepentingan Beijing. Ancaman ini menambah ketidakpastian dan kompleksitas situasi perdagangan global. Perang dagang ini bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga melibatkan aspek politik dan geopolitik yang kompleks. Resolusi konflik ini memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan kerjasama multilateral.
Perbedaan pernyataan antara AS dan China mengenai status negosiasi perdagangan menunjukkan betapa rumitnya situasi ini. Keberhasilan negosiasi bergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk berkompromi dan mengatasi perbedaan kepentingan mereka. Ke depan, dibutuhkan transparansi dan komunikasi yang lebih efektif untuk mengurangi kesalahpahaman dan menciptakan iklim yang kondusif bagi penyelesaian konflik.