Mark Zuckerberg, CEO Meta, secara terang-terangan mengakui ancaman besar TikTok terhadap bisnis perusahaannya. Pengakuan ini disampaikan dalam persidangan antimonopoli FTC Amerika Serikat pada April 2025. Zuckerberg menjelaskan bahwa sejak kemunculan TikTok pada 2018, pertumbuhan Meta melambat drastis. Ia menyebut TikTok sebagai “ancaman persaingan yang sangat mendesak” dan prioritas utama Meta dalam beberapa tahun terakhir.
Ancaman TikTok ini terutama terletak pada kemampuannya mengubah cara pengguna mengonsumsi konten media sosial. Format video pendek TikTok, yang diiringi algoritma canggih, mampu melacak preferensi dan minat pengguna dengan sangat detail. Algoritma ini secara efektif memprediksi konten apa yang ingin dilihat pengguna selanjutnya, sehingga pengguna menghabiskan lebih banyak waktu di aplikasi.
Keunggulan TikTok terletak pada format video pendek dan algoritma personalisasinya yang unggul. Hal ini sangat berbeda dengan model linimasa (timeline) atau interaksi pesan (messenger chat) yang diusung Facebook dan Instagram. Sebagai respons, Meta meluncurkan fitur Reels di Instagram pada 2020, namun kepopulerannya belum mampu menyaingi TikTok.
Zuckerberg juga menyoroti pergeseran perilaku pengguna media sosial. Aplikasi media sosial kini lebih berfungsi sebagai “mesin penemuan” konten, bukan sekadar wadah interaksi sosial. Pengguna lebih cenderung menemukan konten yang menarik di aplikasi seperti TikTok, lalu membagikannya ke platform lain, seperti WhatsApp atau Instagram.
Strategi Pertahanan Meta Melawan TikTok
Akuisisi Musical.ly oleh ByteDance pada 2017 dan integrasinya ke TikTok setahun kemudian menandai titik balik bagi persaingan ini. Setelahnya, dominasi TikTok di pasar global semakin kuat, memaksa Meta untuk mengubah strategi pelaporan keuangan. Alih-alih melaporkan jumlah pengguna Facebook secara individual, Meta beralih ke metrik “keluarga aplikasi” yang mencakup Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Strategi ini menunjukkan upaya Meta untuk menunjukkan kekuatan keseluruhan ekosistem aplikasi mereka, bukan hanya berfokus pada platform tunggal yang terancam TikTok. Namun, strategi ini juga menunjukkan kesulitan Meta untuk secara efektif bersaing dengan TikTok di ranah video pendek.
Selain Reels, Meta kemungkinan besar telah dan akan terus mengembangkan berbagai strategi lain untuk melawan TikTok. Ini mungkin termasuk peningkatan algoritma penemuan konten di Instagram dan Facebook, investasi lebih besar dalam konten video pendek yang berkualitas, dan eksplorasi format konten baru yang inovatif. Namun, kesuksesan strategi-strategi ini masih perlu diuji.
Analisis Lebih Dalam: Faktor-Faktor Keberhasilan TikTok
Keberhasilan TikTok tidak hanya bergantung pada format video pendek dan algoritma yang canggih. Faktor-faktor lain juga berperan penting, seperti komunitas yang aktif dan viral, tren-tren yang mudah diikuti, dan kemudahan dalam pembuatan konten. TikTok menciptakan ekosistem yang mudah diakses dan mendorong kreativitas pengguna.
Sementara itu, Meta mungkin menghadapi tantangan dalam mengadaptasi strategi yang sudah mapan untuk menghadapi disrupsi yang disebabkan oleh TikTok. Kultur perusahaan yang besar dan kompleks dapat menghambat inovasi dan adaptasi cepat terhadap tren baru.
Persaingan antara Meta dan TikTok tidak hanya sebatas perebutan pangsa pasar. Ini merupakan pertarungan ideologi tentang bagaimana orang berinteraksi dan mengonsumsi konten di era digital. Pertarungan ini akan terus berlanjut, dan akan sangat menarik untuk melihat strategi apa yang akan diadopsi kedua perusahaan di masa mendatang.
Kesimpulan
Pengakuan Zuckerberg tentang ancaman TikTok merupakan pengakuan yang signifikan tentang perubahan lanskap media sosial. TikTok telah berhasil mengganggu dominasi Meta, dan Meta harus beradaptasi dengan cepat dan inovatif untuk mempertahankan posisinya. Masa depan persaingan ini akan menentukan arah perkembangan industri media sosial secara keseluruhan.