Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah meluncurkan dua video monolog di kanal YouTube pribadinya, @GibranTV. Video-video tersebut membahas isu-isu kekinian, mulai dari bonus demografi hingga prestasi Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia.
Video pertama, yang diunggah pada 19 April 2025, mengangkat tema bonus demografi dan tantangan Indonesia dalam memanfaatkan potensi generasi muda. Gibran menekankan pentingnya menghadapi tantangan global seperti perang dagang, geopolitik, dan perubahan iklim. Ia juga menyoroti kesuksesan film Jumbo karya anak bangsa sebagai contoh prestasi Indonesia.
Gibran menjabarkan bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia (sekitar 208 juta jiwa) akan berusia produktif pada periode 2030-2045. Ini merupakan peluang emas yang harus dikelola dengan baik. Ia optimistis bahwa peluang Indonesia jauh lebih besar daripada tantangan yang dihadapi.
Tiga hari kemudian, Gibran merilis video monolog kedua yang mengekspresikan kebanggaannya atas keberhasilan Timnas Indonesia U-17 lolos ke Piala Dunia U-17. Video ini juga diunggah di akun Instagram pribadinya, @gibran_rakabuming.
Analisis Politik di Balik Monolog Gibran
Munculnya dua video monolog Gibran yang bertema populis ini memicu berbagai spekulasi, terutama mengingat ia jarang tampil dan berbicara di depan publik sejak menjabat sebagai Wakil Presiden selama 6 bulan terakhir. Langkah ini dinilai sebagai strategi politik yang terencana.
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, berpendapat bahwa video-video tersebut merupakan upaya Gibran untuk tetap eksis di kancah politik nasional, khususnya menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2029. Video-video tersebut berfungsi sebagai alat untuk menjaga popularitas dan citra positifnya di mata publik.
Menurut Adi, Gibran berupaya menciptakan momentum untuk menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang layak dipertimbangkan pada Pilpres 2029. Hal ini terlihat dari pernyataannya yang semakin aktif di ranah politik. Adi menambahkan bahwa banyak tokoh politik lain juga telah mulai mempersiapkan diri untuk Pilpres 2029 dengan berbagai strategi, termasuk menyebarkan narasi politik dan melakukan kunjungan-kunjungan politik.
Strategi Gibran dengan membuat video monolog dianggap sebagai upaya untuk menciptakan momentum dan menonjolkan dirinya di antara para tokoh politik lain yang juga tengah mempersiapkan diri untuk Pilpres 2029. Ia mencoba menciptakan narasi yang relevan dengan isu-isu kekinian dan menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah bangsa.
Implikasi dan Potensi Kontroversi
Meskipun langkah Gibran ini dinilai sebagai strategi politik yang cerdas, potensi kontroversi tetap ada. Beberapa kalangan mungkin mengkritiknya karena dianggap memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan politik pribadi. Kritik ini mungkin akan muncul terutama jika tema dan isi monolognya dianggap terlalu berorientasi pada kepentingan politik dan kurang fokus pada tugas resminya sebagai Wakil Presiden.
Namun, Gibran juga bisa memperkuat posisinya jika video-video monolognya mampu menciptakan pengaruh positif dan mendapatkan dukungan dari publik. Kesuksesan strategi ini sangat tergantung pada bagaimana ia mampu memanfaatkan momentum ini untuk membangun citra positif yang konsisten dan relevan dengan harapan rakyat.
Ke depannya, penting bagi Gibran untuk mempertimbangkan bagaimana ia akan menyeimbangkan tugas resminya sebagai Wakil Presiden dengan aktivitas politiknya. Transparansi dan etika politik menjadi kunci sukses dalam strategi ini agar tidak menimbulkan kontroversi dan menjaga kepercayaan publik.